VAGANSA.COM – Helketa, ritual adat pranikah bagi Atoin Meto (orang Dawan di Timor Barat) yang dilangsungkan bagi calon istri-suami.
Dikisahkan, ritual adat pranikah ini telah berlangsung lama, diwariskan oleh para leluhur di Timor Barat (Timor Tengah Utara, Belu, dan Malaka) hingga saat ini.
Sebagai ritual adat pranikah, Helketa lebih masif dilangsungkan oleh suku-suku tertentu di TTU seperti Biboki, Insana, dan Miomaffo.
Helketa tidak sebatas ritual, tetapi menyimpan makna yang amat dalam, sarat filosofi.
Adanya Helketa adalah mempersatukan ataupun mendamaikan, salah satu wujud rekonsiliasi.
Esensi dari Helketa sendiri adalah menghapus segala bentuk permusuhan, pertentangan, perpecah-belahan di masa lalu.
Secara logis, benar bahwa saat ini nyaris tidak ada permusuhan antara manusia sebagaimana pada masa lalu.
Perang suku, perang antar kerajaan, permusuhan antara kelompok masyarakat adat yang satu dengan lainnya yang ditunggangi bangsa penjajah, dan lain sebagainya.
Helketa, tidak merespon peristiwa-peristiwa di kekinian. Ia ada sebagai akibat peristiwa-peristiwa di masa lalu.
Ritual itu lalu diwariskan hingga saat ini sebagai salah satu wujud budaya bagi pelaku-pelakunya.
Demikian alasan mendasar yang sifatnya (secara simbolis): membersihkan, menyucikan, menghapus.
Itu sebabnya Helketa dilangsungkan di kali atau sungai. Ada unsur alam di sana: air; sebagaimana salah satu fungsinya: membersihkan, menyucikan.
Helketa punya peran penting dalam kehidupan sosial dan budaya masyarakat adat Timor Barat.
Sebagai contoh, beberapa suku di Insana, tidak bisa menikah dengan suku tertentu di Miomaffo atau Biboki.
Di Insana sendiri, ada suku-suku yang memang tidak bisa saling menikah.
Adanya dan hanya melalui Helketa, 'jembatan' yang putus itu dapat disambung, keluarga dipersatukan, hidup dengan damai, rekonsiliasi menyata.
Sesungguhnya, Helketa hanya berlaku bagi suku-suku yang berselisih di masa lalu dan saat ini.
Kalau tidak ada perselisihan, ya tidak perlu Helketa. Tetapi manusia yang ada di masa kini, tidak pernah tahu para leluhur pernah berselisih atau tidak.
Dengan begitu, Helketa tetap dilangsungkan. Selebihnya perlu dimaknai sebagai ritual pembersihan dari segala bentuk konflik di masa lampau.
Helketa bagi Atoin Meto di Timor Barat, satu bentuk dukungan dan restu kepada sepasang anak manusia.
Dukungan dimaksud agar mereka sah sebagai istri-suami di hadapan agama, pemerintah, dan tentu adat itu sendiri (Vagansa/Herman Efriyanto Tanouf).***